" Karmamy Eva Dhikaras te; Ma Phalesu Kadacana; Ma Karmaphalahetur Bhur; Ma Te Sango 'Stvakarmani" "Jalankan saja kewajibanmu; Jangan mengharap hasil; Jangan biarkan pahala menjadi motif tindakanmu; Demikian pula jangan biarkan dirimu berdiam diri".

21 Okt 2011

INDUSTRI MAKANAN DI BALI PERLU SERTIFIKASI “SUKLA”

Bakso Celeng 100% Haram
Bagi sebagian kalangan, industry makanan adalah bidang yang tidak ada matinya. Apalagi sebagai daerah pariwisata dan padat penduduk, kebutuhan makan di Bali sangat besar. Apalagi wisata kuliner mulai digandrungi penduduk domestik. Sayang, masih ada sebagian pelaku industry makanan/kuliner yang belum menerapkan prinsip-prinsip kepatutan dalam pengelolaannya, khususnya dari perspektif tata etika Hindu, baik dalam proses penyediaan bahan makanan hingga proses produksi yang dalam tradisi Hindu di Bali disebut sebagai proses “sukla”.
Untuk itu diperlukan upaya revolusioner untuk memproteksi kesucian badaniah umat Hindu sebagai umat mayoritas di Bali. Pemikiran ini disampaikan Abiseka Raja Majapahit Bali Sri Wilatikta Tegeh Kori Kresna Kepakisan di sela-sela pertemuan penyusunan Blue Print Ekonomi Hindu di Singaraja. Ia menyakini siapa pun yang berinvestasi di Bali, haruslah memahami pola hidup masyarakat Hindu Bali yang sangat menjunjung tinggi kebersihan, tata pengelolaan makanan dan produksi makanan yang sesuai dengan nilai-nilai filosopi Bali.
“Saya menjamin, jika umat Hindu Bali membuat makanan, bisa dipastikan prosesnya sangat bersih (sukla). Dari pengelolaan bahan makanan di dapur hingga di hidangkan. Karena  dari keluarga, orang Bali dididik  untuk menghargai kesucian. Saya harap ada sebuah Lembaga Sertifikasi “Sukla” yang bisa menggerakkan ini. Jangan sampai makanan yang dikonsumsi oleh orang Hindu Bali diproses melalui cara yang tidak benar. Ini akan sangat mempengaruhi kualitas badaniah SDM Hindu. Ingat dalam kitab Weda sangat diyakini bahwa makanan itu sangat berpengaruh pada aktivitas sehari-hari termasuk siapa yang menghidangkan makanan, proses penghidangan dan takaran kesucian,” ungkap Gusti Wedakarna.
Ia mencontohkan, umat Hindu sering mengeluhkan kurang higienisnya proses pembuatan makanan dari produsen yang kebetulan pendatang. “ada kasus penjual bakso mencuci perlengkapan jualannya di kamar mandi karyawan atau mencuci bahan makanan yang akan dijual dari tempat bekas mencuci pakaian. Ini sama sekali membahayakan bagi umat Hindu. Untuk itu saya sarankan agar 90 % umat Hindu di Bali untuk menguasai kembali ekonomi kerakyatan. Jangan  sampai kualitas makanan di Bali ini tidak sesuai estetika,” ungkap Presiden  WHYO ini.
Terkait adanya usaha membentuk merek (franchise) “Bakso Celeng Haram” yang diproduksi Made Andriani (wanita Bali asal  Lampung), pihaknya sangat mengapresiasi dan mendukung. “Usaha karma Bali yang dilakukan oleh Ibu Made ini sangat baik. Ini yang dinamakan Bali Jengah. Saya yakin bakso Haram ini akan maju dan Badan Dana Punia Hindu Nasional (BDPHN) siap memberikan modal untuk  didirikannya cabang diseluruh Bali.
Saya harap umat Hindu membiasakan diri berbelanja di warung yang ada pelangkiran-nya. Kalau ada plangkiran pasti milik umat Hindu dan jika milik umat Hindu pasti prosesnya “Sukla” ungkap Wedakarna yang tidak lama lagi akan meluncurkan lembaga sertifikasi Sukla.

Sumber : Bali Post,Rabu,18 Oktober 2011.,

18 komentar:

  1. Komentar ini telah dihapus oleh administrator blog.

    BalasHapus
  2. saya dukung bung weda karna.... lanjutkan.... ngapain kita biarkan berkembang orang dari luar bali (...) menguasai ekonomi kerakyatan.... walaupun saya dari sulawesi tapi leluhur saya dari bali.... hanya saja saya trans... hidup ajeg bali.... jangan beri celah yang lebih banyak kepada mreka...

    BalasHapus
  3. Saya dah pernah beli bakso babi buatan orang bali di daerah saya.. Mimih dewa ratu jaen gatine !! semoga ini menjadi prospek bisnis yang bagus

    BalasHapus
  4. benar sekali!!pemikiran pak weda karna sama dengan saya,,belanjalah diwarung yang ada pelangkirannya!!de baang jelemo jawo berkuasa dibali!!

    BalasHapus
  5. Patut sekadi penikan bapak weda, tiang dukung nike...!!!

    BalasHapus
  6. Segala usaha untuk memperkuat budaya dan kemajuan masyarakat bali harus di dukung, dari pada ribut sendiri dengan sesama ormas bali, sungguh sangat memalukan, maju terus pak Wedakarna.

    BalasHapus
  7. mantap ...kami warga Hindu mendukung ke Suklaan makanan...

    BalasHapus
  8. Tiang sangat setuju niki.. ajeg bali

    BalasHapus
  9. sama2 cari makan... orang bali juga banyak yang merantau, harus saling menghargai

    BalasHapus
  10. lanjutkan...nak bali jangan sampai kalah sama pendatang! bali jengah,,,,!

    BalasHapus
  11. ssaaaayyaaaa sseeeetttuuujjjuuuuuuuuu,,,,

    BalasHapus
  12. kalo menurut sy itu sah2 saja,akankah lebih baik kalo di buat larangan/undang2 u tidak menjual makanan bahkan bakso dgn berbahan daging sapi di bali.krn sapi sangat disucikan di bali,kt aja di luar bali kalo jualan makanan dgn daging babi di larang keras,sekarang kt balikan di bali kt larang daging sapi beredar,itu sj sdh cukup u mengangkat perekonomian masyarakat bali.tanda kutip"kalo mau serius menangani masalah ini pasti bs terlaksana,bukan malah membuat tandingan"..salam bahagia

    BalasHapus
  13. saya dukung upayanya....nahh minta dung penjelasanya tentang makanan sukla (halal)yang baik untuk komsumsi, makanan yang layak komsumsi menurut konsep HINDU...

    BalasHapus
  14. SANGAT SETUJU DAN MENDUKUNG 100%...Astungkara semua dapat berjalan dengan lancar dan dimudahkan,,dengan hasil yang maksimal..Saya tunggu untuk sertifikasi"SUKLA" yang digagas,,dan agar semua makanan terdaftar sebagai produk yang "SUKLA"...

    BalasHapus
  15. Sangat susah mendapatkan seorang yang mempunyai inspirasi seperti ini, tapi sayang masih sebagian besar umat hindu yang kurang memahaminya
    apalagi gebrakan dari para peminpin yang notabene mengaku hindu sangat kurang. hidup pak weda karna seluruh jiwa raga saya mendukung segala inspirasimu yang berlandaskan hindu bali.

    BalasHapus
  16. semoga tidak membuat orang bali jd rasis

    BalasHapus

VIDIO PERADAH JEMBRANA