" Karmamy Eva Dhikaras te; Ma Phalesu Kadacana; Ma Karmaphalahetur Bhur; Ma Te Sango 'Stvakarmani" "Jalankan saja kewajibanmu; Jangan mengharap hasil; Jangan biarkan pahala menjadi motif tindakanmu; Demikian pula jangan biarkan dirimu berdiam diri".

24 Sep 2013

SEJARAH EVOLUSI HINDU DI INDIA

Oleh : Ir. Ida Bagus Komang Susana, M.si
Dewan Penasehat DPK Jembrana Peradah Indonesia

I.    PENDAHULUAN
      1.1. Latar Belakang
                  India adalah anak Benua Asia yang sering disebut gerbong lokomotif dunia, itu memang pantas memperoleh julukan karena dianggap sebagai sumber   inspirasi Dunia sepanjang jaman. India  telah memberi inspirasi kepada      dunia dengan menjadi tempat lahirnya para ratusan Maha Yogi. Maka jadilah Tanah Bharata itu sebagai pemimpin dunia dalam hal spirituil. Tidak hanya dunia timur yang mengakui hal ini, dunia barat yang demikian unggul dalam pencapaian ilmu pengetahuan dan teknologi juga tunduk hormat kepada India. Sejarah peradaban yang panjang telah membentuk India menjadi bangsa yang berkepribadian kokoh dengan dilandasi oleh                   spirit Weda-Wedanta. Namun dalam rentang waktu yang begitu panjang, sejarah India juga mengalami pasang surut. Ia bukanlah sebuah garis sejarah linear, namun lebih merupakan garis yang berliku-liku dengan bermacam dinamikanya.

                        Agama Hindu (bahasa sanskerta : Sanatana Dharma artinya           kebenaran abadi) dan Vaidika Dharma berarti ajaran agama yang bersumber pada kitab suci Veda, yakni wahyu Tuhan Yang Maha Esa      atau pengetahuan kebenaran. Agama Hindu sebuah agama yang  berasal          dari India. Agama ini merupakan lanjutan dari agama Weda yang          merupakan kepercayaan bangsa Indo-Iran (Arya). Agama ini diperkirakan muncul antara tahun 3102 SM sampai 1300 SM dan merupakan agama       tertua di dunia yang masih bertahan hingga kini, sebagai agama yang            pertama dikenal oleh manusia.  Agama Hindu  kemudian berkembang ke    berbagai wilayah dunia, termasuk Asia tenggara dan Indonesia.  Istilah Hindu diberikan oleh orang-orang asing yang datang ke India, seperti Arab, Persia, Yunani, yang dimaksud Hindu oleh mereka adalah orang-  orang yang mendiami daerah lembah sungai Sindhu, termasuk agama      dan kebudayaan yang dianut.  Istilah Hindu untuk pertama kali secara     resmi dipakai oleh raja-raja yang memerintah di kerajaan Wijayanagar       pada ke-15 M.

Penduduk asli yang mendiami India sekarang bermukim di daerah dataran tinggi Dekkan, kehidupannuya masih sangat sederhana.  Bangsa Dravida berasal dari daerah Asia Tenggara (Baltic) masuk ke India dan mendiami daerah sepanjang sungai Sindhu yang subur. Kebudayaan mereka lebih tinggi dari penduduk asli.  Bangsa Arya juga berasal dari daerah sekitar Asia Tengah, menyebar memasuki daerah-daerah  Iran (Persia), Mesopotamia dan juga masuk ke daerah Eropa.  Yang sampai masuk ke India adalah merupakan bagian dari yang pernah masuk ke Iran.  Mereka masuk ke India dalam dua tahap di dua tempat yang berbeda.  Pertama mereka masuk di daerah Punjab,  yaitu daerah lima aliran anak sungai yang  disambut dengan peperangan oleh bangsa Dravida yang sudah lebih dulu bermukim disana. Karena bangsa Arya lebih maju dan lebih kuat, bangsa Dravida dapat dikalahkan.  Tahap kedua bangsa Arya masuk ke India melalui daerah dua aliran sungai, yaitu lembah sungai Gangga dan lembah sungai Yamuna, daerah ini dikenal dengan nama daerah Doab.  Kedatangan mereka tidak disambut peperangan, bahkan kemudian  terjadi percampuran melalui perkawinan.  Bangsa-bangsa inilah yang menjadi nenek moyang bangsa India sekarang.

      
II.   SEJARAH  EVOLUSI  HINDU  DI  INDIA
Filsafat India diuraikan dengan baik oleh seorang filsuf dan juga    seorang sastrawan yang bernama Rabindranath Tagore (1861-1941).       Menurut Tagore, filsafat India bermula pada keyakinan bahwa ada        kesatuan fundamental antara manusia dan alam, harmoni antara individu        dan kosmos. Harmoni ini harus ada supaya dunia tidak dianggap sebagai     tempat yang asing atau penjara. Dengan demikian, orang India diajar   untuk “berteman” dengan dunia bukan “menguasai” dunia.
Dalam perkembangannya, filsafat India tentang agama Hindu,        pada hakekatnya dapat  dibagi  menjadi  tujuh  zaman / periode besar,   yaitu:
       1. Zaman Peradaban Lembah Sungai Sindhu (2.55 – 1.500 SM).
       2. Zaman Weda (tahun 2000 - 600 SM).
       3. Zaman Brahmana (800 – 200 SM).
4. Zaman Purana (200 – 700 M).
5. Zaman Pembaharuan (700 – 1.200 M).
6. Zaman Gerakan Bhakti (1.200 – 1,800 M).
7. Zaman Hindu Modern (1.800 – sekarang).

Sesuai dengan persyaratan dalam menempuh Program Pendidikan Magister (S2) Ilmu Agama   dan  Kebudayaan  UNHI  -  Denpasar, dalam  mata kuliah ”Sejarah Evolusi Hindu”  oleh Dosen : Prof. Dr. Litt. I Gusti Putu Phalgunadi, MA, PhD,  maka penulis dapat pembagian tugas, yaitu membahas tentang sejarah evolusi Hindu di India khusus  pada “Zaman Pembaharuan ((700 – 1.200 M)”  adalah sebagai berikut :

Zaman Pembaharuan

     Zaman ini berkisar sejak 700 – 1.200 M, yang dipelopori oleh munculnya tokoh Adi Sangkar Acharya atau Sankara (788 – 820). Ia dikenal sebagai tokoh yang membawa semangat pembaharuan dalam sistem keagamaan Hindu pada zamannya, sehingga zaman ini disebut juga zaman pembaharuan atau zaman reformasi pada abad pertengahan. Zaman ini, ada gerakan untuk mensistematiskan ajaran filsafat agama Hindu dengan harapan menjadi lebih mudah dipahami/dapat diterima oleh masyarakat umum. Zaman Sangkaracharya/Pembaharuan ini yang dipelopori oleh seorang Brahmana dari India Selatan dengan ajaran Saiwa Paksa, yaitu penyatuan pemujaan kepada sekte-sekte  dengan filsafat Adwaita Wedanta (tak ada duanya), yang menegaskan bahwa hanya ada satu kekuatan dan menjadi sumber dari segala yang ada (Brahman) yang memanifestasikan diri-Nya kepada manusia dalam beragam bentuk/nama sesuai dengan sifatnya yang maha kuasa. Nama-nama kebesaran Brahman kemudian diwujudkan ke dalam beragam bentuk Dewa-Dewi (Wisnu, Brama, Siwa, Saraswati, Laksmi, Parwati dan lain-lain). Sebagai pokok ajarannya adalah Brahmana adalah nyata, jiwa perorangan adalah Brahman dan Brahman tidak rangkap, Dunia adalah tidak nyata serta jiwa tidak berbeda dengan Brahman.   Pada zaman ini Hindu kembali mendapat banyak penganutnya, sedangkan pamor agama Budha pun perlahan surut dan lenyap, sampai akhirnya pengaruh agama Budha bergeser ke Tibet dan Cina.

                        Sangkaracharya juga menghilangkan semua upacara yadnya yang memakai Panca Tattwa, yaitu lima macam unsur persembahan yang terdiri dari Madya (arak, berem), Matsya (ikan), Mamsa (daging), Mudra (biji-bijian dan buah-buahan) serta Maithuna (diganti dengan porosan), yang dilaksanakan mazab Tantrayana dan Brahmana.

                        Pada zaman ini agama Hindu mengalami perpecahan untuk ketiga menjadi dua yakni :
a.    Golongan Wedanta (Waidika Dharma) yang dipimpin oleh Sangkaracharya dari mazab Shaiwa, Ramanuja dari mazab Waisnawa yang mendasarkan ajaran mereka pada kitab Brahma-Sutra, Bagawad-Gita dan kitab Wedanta.  Ketiga kitab ini disebut Prasthanatraya.
b.    Golongan Tantrayana (Tantrika-Dharma) atau golongan ritual dan filsafatnya pada kitab-kitab Brahmana, kitab Mimamsa dan kitab Tantra, melawan golongan agama Buddha dan terutama menghadapi golongan penganut Wedanta (Waidika-Dharma).

                 Setelah Sangkaracharya mengalahkan agama Buddha, maka mulailah melawan golongan penganut ajaran Saiwa Tantra.  Sangkaracharya ingin menghilangkan semua sistim ritual dan upacara yajna (yang dipimpin oleh Rsi Prabakaran, Rsi Mahana Misra dll) yang dilakukan mazab Saiwa Tantra dan Waisnawa Tantra dan mengganti dengan ajaran Wedanta, dengan ajaran filsafat Adwaita (monisme).  Menurut ajaran ini hanyalah Brahman satu-satunya prinsip tertinggi yang riil (sat), sedangkan yang lain maya (ilusi). Begitu agama Buddha kalah, kemudian mengelompokkan semua mazab agama Hindu menjadi lima kelompok (Panca Paksa) yang disebut Pancopasana atau lima macam keyakinan, yakni : Saiwa Paksa, Waisnawa Paksa, Shakta Paksa, Ganapatya Paksa dan Saura Paksa. Kemudian ajaran Wedanta yang berdasarkan ajaran Adwaita oleh Sangkaracharya ditentang golongan Wedantis dari mazab Waisnawa. 
                 Ramanuja (2027-1137) yang berdasarkan ajaran filsafat Wedanta menentang ajaran golongan Saiwa yang dipimpin Sangkaracharya yang mengajarkan ajaran filsafat Adwaita, dengan niat ia mencoba mempersatukan Wisnu dengan wedanta, sumber ajarannya wisista waita (kitab Upanishad), menurutnya terdapat tiga kenyataan tertinggi : Tuhan (Iswara), jiwa (cit) dan benda (Acit) hanya Tuhanlah sebagai kenyataan yang bebas.  Dan tokoh terakhir adalah Madhawa, menyalahkan ajaran filsafat dari Ramanuja dan membuat ajaran filsafat yang lain yang disebut dengan nama Dwaita.  Menurut Madhawa, jnana (pengetahuan) akan menentukan orang menuju Bhakti dan tujuan akhir dari manusia adalah untuk langsung dapat melihat Tuhan Wisnu yang akan menuntun untuk menuju moksa, kebahagiaan abadi.
                 Filsafat Dwaita inipun ditentang oleh golongan Waisnawa Wedanta yang lain bernama Nimbarka (mengajarkan pentingnya penyerahan diri secara tulus ikhlas dan pemujaan Krisna-Radha atau yang disebut Tuhan).  Kemudian ia membangun ajaran filsafat yang lain yang disebut Dwaitadwaita.  Akhirnya Walabha (mengajarkan ajaran mengenai penebusan dosa, tapa brata, meninggalkan keduniawian dan penyatuan yang sempurna dari Atma dengan Paramatma), seorang dari golongan Waisnawa Wedanta tidak mau menerima ajaran filsafat dari Nimbarka dan membuat ajaran filsafat lain disebut filsafat Suddhadwaita.
                 Dengan demikian, maka terjadilah perbedaan pendapat mengenai prinsip-prinsip filsafat dan perpecahan pun terjadi dalam golongan Waisnawa-Wedanta yang masing-masing golongan itu disebut dengan nama Sampradaya (pemuja Krisna sebagai Tuhan).  Agama Hindu mazab Waisnawa-Wedanta memiliki empat Sampradaya, yaitu :
a.     Sampradaya Shri-Waishnawa (mengikuti ajaran filsafat dari Rsi Waishnawa Ramanuja).
b.     Sampradaya Brahma (mengikuti ajaran filsafat Rsi Waishnawa Madhwa).
c.     Sampradaya Kumara (mengikuti ajaran filsafat dari Rsi Nimbarka).
d.     Sampradaya Rudra (mengikuti ajaran filsafat dari Rsi Waishnawa Walabha).
                 Sedangkan Saiwa Wedanta mendirikan empat pusat pembelajaran (Pitha) yang dipimpin oleh Sangkaracharya, baik di India Timur, Barat, Utara dan Selatan, demikian pula ke seluruh dunia sampai sekarang.
                 Ajaran Tantrayana mempengaruhi Waisnawa maupun Saiwa dan juga Buddha.  Ajaran Saiwa yang dipengaruhi ajaran Tantrayana disebut Saiwa-Tantra (Shaiwagama) yang berdasarkan filsafat Adwaita.  Dengan bersatunya ajaran tersebut, maka muncullah filsafat Shaiwa-Siddhanta, yang mengakui akan kesucian dari kitab Suci Weda.  Demikian pula dengan ajaran filsafat Siddhanta ini muncullah ajaran Shaiwa-Bhairawa.
                 Zaman pembaharuan disebut pula dengan zaman skolastik adalah aliran yang berkaitan dengan sekolah, atau  dikatakan bahwa Skolastik berasal dari kata Latin “Scholastic’s” yang berarti guru, perkataan skolastik merupakan corak khas dari sejarah filsafat abad pertengahan. Disebut zaman skolastik, kitab yang muncul pertama kali adalah kitab wedangga, yang uraiannya berbentuk prosa-disusun secara singkat agar mudah dihafal atau diamalkan,  juga timbul sutra-sutra yang bertentangan dengan weda dan sutra tersebut dijadikan sumber pemikiran filsafat.

III.  PENUTUP
       Agama Hindu berasal dari IndiaUntuk mengetahui sejarah Perkembangannya haruslah juga dipelajari sejarah perkembangan India meliputi aspek perkembangan penduduk maupun perkembangan kebudayaannya dari jaman ke jaman.  Agama Hindu di India pada hakekatnya dibagi menjadi 7 (tujuh) zaman.  

                                                                                           

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

VIDIO PERADAH JEMBRANA