laporan Ketua Panitia |
Rangkaian
pelaksanaan upacara menjelang Hari Raya Nyepi Tahun Baru Caka 1935 terus
berlanjut. Setelah masyarakat Jembrana (umat Hindu) melaksanakan Upacara
Melasti di sejumlah titik pantai di Jembrana
pada Sabtu, 9 Maret 2013 lalu, Senin (11/3) masyarakat Jembrana kembali
melakukan prosesi Upacara Bhuta Yadnya yaitu Pecaruan atau Tawur Kesanga.
Pecaruan dengan sebutan Tawur Kesanga di
Kabupaten Jembrana dipusatkan di Catus Pata (simpang empat) Jalan Sudirman,
Negara yang terletak persis di depan Kawasan Perkantoran Pemerintah Kabupaten
Jembrana, sementara tingkat Kecamatan dan Desa Pakraman dilaksanakan dicatus pata Kecamatan dan Desa
Pakraman masing-masing. Prosesi Pecaruan Tawur Kesanga dengan tingkatan Upakara Manca Kelud Madurga diawali dengan
prosesi pangeresikan, dipuput oleh 5 (lima) orang sulinggih diantaranya Ida Pedanda Gde Wibawa Sigaran
Batuagung, Ida Sri Bhagawan Angga Jaya Biru Daksa Penyaringan, Ida Pandita Mpu
Karuna Putra Budeng, Ida Pandita Mpu Kasturi Baler Bale Agung dan Ida Rsi
Bujangga Petemon Baler Bale Agung, serta
diiringi dengan pementasan Barong-Rangda dan
Topeng Sida Karya sebagai ungkapan syukur bahwa upacara pecaruan/tawur
kesanga telah terlaksana dengan baik.
Hadir
dalam kesempatan tersebut adalah Bupati
Jembrana I Putu Artha, Wakil Bupati jembrana I Made Kembang Hartawan , Ketua DPRD Jembrana I Ketut Sugiasa masing masing beserta Ibu, Dandim 1617
Jembrana, Kapolres Jembrana , serta para pejabat eselon 2 dan 3 dilingkungan Pemkab Jembrana beserta staf.
Tidak ketinggalah Siswa-siswi dari SMP dan SMA
di Jembrana turut mengikuti
ritual pecaruan tersebut.
Ketua
Panitia Pelaksana Pecaruan/Tawur Kesanga
Hari Suci Nyepi Tahun Icaka 1935,
Drs. I Komang Dhiyatmika, MM (Ketua DPK Jembrana Peradah Indonesia), yang
telah mensinergikan organisasi
bernafaskan Hindu di Jembrana seperti PHDI, WHDI, Widia Sabha, dan Sabha Yowana
dalam Kepanitiaan Tawur Kesanga Kabupaten Jembrana, mengungkapkan bahwa
kegiatan tawur kesanga bertujuan untuk
Nyupat/nyomia Bhuta kala (sifat-sifat keraksasaan/energy negative)
menjadi Bhuta hita (sifat kedewataan/energy
positif ) sehingga tercipta keharmonisan hidup di alam makro (Buana Agung) dan alam mikro ( Buana Alit ).
Sementara itu Bupati Jembrana I Putu
Artha dalam sambutannya mengajak seluruh masyarakat Jembrana untuk menghormati
pelaksanaan Hari Raya Nyepi di Jembrana. Dengan saling menghormati, Nyepi di
Jembrana akan berjalan dengan baik. Khusus kepada umat Hindu Artha berpesan,
supaya memberi teladan kepada umat yang lain dengan melaksanakan Catur Brata
Penyepen, yaitu Amati Geni, Amati Karya, Amati Lelungaan dan Amati Lelanguan.
Ditambahkan Artha, upacara pecaruan yang digelar sehari menjelang Nyepi,
hendaknya dimaknai sebagai sarana untuk memohon kepada Hyang Widhi supaya dalam
melaksanakan Nyepi seluruh umat diberikan kedamaian dan dihindarkan dari
hal-hal yang bertentangan dengan norma-norma Hari Raya Nyepi. “ Nyepi di
Jembrana selalu berjalan dengan baik, hal ini harus dipertahankan dan
ditingkatkan terutama pemahamannya tentang Hari Nyepi “ kata Bupati Artha.
Rangkaian
kegiatan Pecaruan/Tawur Kesanga kali ini diakhiri dengan nonton bareng Parade Ogoh-Ogoh Kabupaten Jembrana ke -1 (Pertama) yang
diikuti oleh 15 ogoh-ogoh dari Seke Teruna se Jembrana yang merupakan Duta
masing-masing Kecamatan dan ogoh-ogoh
penggembira PAUD/TK Canang Sari dari Yayasan Peradah Jembrana yang merupakan PAUD bernuansakan Hindu I di
Jembrana. (Humas DPK Jembrana)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar